@article{nanda_siregar_kurniawan_hairuidin_meriyanti_yatno_kimia_sains_teknologi_jambi_et al._2017, title={Isolasi, Karakterisasi dan Uji Potensi Bakteri Penghasil Enzim Termostabil Air Panas Kerinci}, abstractNote={PENDAHULUAN Enzim menjadi raja pada industri saat ini dan di prediksi akan semakin meningkat pada masa yang akan datang karena melalui penggunaannya, energi dapat dihemat dan ramah lingkungan. Saat ini penggunaan enzim dalam industri makanan dan minuman, industri tekstil, industri kulit dan kertas di Indonesia semakin meningkat (Santoso dkk., 2010). Pada industri, reaksi suhu tinggi sangat diminati karena dapat meminimalkan resiko kontaminasi, meningkatkan laju transfer massa, dan dapat menggeser kesetimbangan kearah pembentukan produk. Oleh karena itu, aplikasi enzim didalam industri bioteknologi semakin menuntut enzim yang bersifat tahan terhadap lingkungan ekstrem. Karena faktor utama yang dapat merusak enzim adalah suhu maka diperlukan suatu enzim yang bersifat termostabil. Meskipun untuk produksi skala kecil, enzim biasa dapat digunakan, namun dengan menggunakan enzim termostabil kekhawatiran bahwa enzim dapat terdenaturasi pada suhu tinggi selama proses produksi dapat teratasi. Mikroorganisme termofilik dapat menjadi pilihan yang baik sebagai sumber enzim termostabil.Mikroorganisme termofilik mampu hidup secara optimal di atas suhu 40°C karena banyaknya asam amino dengan atom sulfur yang disebut sistein pada protein tersebut mampu membentuk ikatan disulfida. Campbell (2010) dan Ngili (2009) menyatakan bahwa enzim yang memiliki ikatan disulfida dalam jumlah besar akan meningkatkan kemampuan enzim tersebut mempertahankan konformasi dan aktivitas katalitiknya pada suhu lingkungan yang sangat tinggi. Tidak banyak tempat dimuka bumi yang mampu menyediakan habitat bagi bakteri termofilik. Beberapa diantaranya adalah sumber air panas, kawah gunung berapi dan celah hidrotermal kedalaman laut.}, author={Nanda and Siregar and Kurniawan and Hairuidin and Meriyanti and Yatno and Kimia and Sains and Teknologi and Jambi and et al.}, year={2017} }