The Principle Of Dwi Tunggal Siwa-Buddha In Bahung Tringan Community release_7vvazurg35bkhi6yofrdwu62xi

by I Gede Suwantana

Published in JURNAL YOGA DAN KESEHATAN by Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.

2020   p109

Abstract

Artikel ini secara deskriptif menguraikan tentang prinsip penyatuan Siwa-Buddha yang dipratikkan oleh komunitas Bahung Tringan di Karangasem, Bali. Pada awalnya, Siwa dan Buddha adalah agama yang terpisah ketika datang ke Nusantara. Lama-kelamaan, dalam pengaruh politik negara, agama ini dinyatakan sejajar, yakni Siwa dan Buddha itu Tunggal. Ini adalah bentuk penyatuan Siwa-Buddha tahap awal. Namun, di abad kontemporer ini, setelah vakum sekitar 500 tahun setelah runtuhnya Majapahit, prinsip Siwa-Buddha kembali dibicarakan dan dipraktikkan. Komunitas Bahung Tringan mempraktikkan ini sebagai sebuah teknik Meditasi. Bahung Tringan memandang bahwa Prinsip Dwi Tunggal Siwa-Buddha merupakan prinsip teologi yang berhubungan dengan tingkat capaian dari seorang sadhaka (para penekun spiritual). Prinsip ini bekerja dalam sebuah proses yang disebut proses roh. Cara kerja Dwi Tunggal Siwa Buddha ini mengikuti sebuah proses yang disebut tantra, sebuah perjumpaan aspek positif dan negatif pikiran yang menghasilkan kevakuman. Dari Kevakuman ini lahir Jnana dan Jnana inilah yang mendorong Roh untuk kembali menyatu kepada Sangkan Paraning Dumadi. <br /><br />
In application/xml+jats format

Archived Files and Locations

application/pdf  860.7 kB
file_4mrhjlsoynfrjluh5xiyi27jti
ejournal.ihdn.ac.id (web)
web.archive.org (webarchive)
Read Archived PDF
Preserved and Accessible
Type  article-journal
Stage   published
Date   2020-07-03
Journal Metadata
Not in DOAJ
Not in Keepers Registry
ISSN-L:  2621-0185
Work Entity
access all versions, variants, and formats of this works (eg, pre-prints)
Catalog Record
Revision: 2b3e0e46-2301-4370-9340-10c11f586e69
API URL: JSON